Resensi Novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono

Resensi Novel Hujan Bulan Juni 

KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO




Kerinduan yang Menjelma Hujan di Paru-Paru


Judul Buku      : Hujan Bulan Juni

Jenis Buku       : Novel/Fiksi

Penulis             : Sapardi Djoko Damono

Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit   : Juni 2015

ISBN                 : 978-602-03-1843-1

Tebal                : 138 halaman.

Harga               : Rp. 50.000,-


Profil Penulis

Prof.Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta , 20 maret 1940. Masa mudanya dihabiskan di Surakarta. Sapardi bersekolah SD di Sekolah Dasar Kasatrian. Setelah itu ia melanjutkan ke SMP Negeri 2 Surakarta. Pada saat itulah kegemarannya terhadap sastra mulai nampak. Sapardi lulus dari SMA pada tahun 1955. Kemudian ia melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 2 Surakarta. Sapardi menulis puisi sejak duduk di kelas 2 SMA. Karyanya dimuat pertama kali oleh sebuah suat kabar di Semarang. Tidak lama kemudian, karya sastranya berupa puisi-puisi banyak diterbitkan di berbagai majalah sastra, majalah budaya dan diterbitkan dalam buku-buku sastra. Sapardi lulus dari SMA pada tahun 1958.

Setelah lulus SMA, Sapardi melanjutkan pendidikan di jurusan Sastra Barat FS&K di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Setelah lulus kuliah, selain menjadi penyair ia juga melaksanakan cita-cita lamanya untuk menjadi dosen. Ia meraih gelar sarjana sastra tahun 1964. Kemudian Sapardi memperdalam pengetahuan di Universitas Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat (1970-1971) dan meraih gelar Doktor dari Universitas Indonesia (1989). Setelah itu, Sapardi mengajar di IKIP Malang cabang Madiun selama empat tahun. Kemudian dilanjutkan di Universitas Diponegoro , Semarang, juga selama empat tahun. Sejak tahun 1974, Sapardi mengajar di FS UI. Beberapa karyanya yang sudah ada di tengah masyarakat antara lain DukaMu Abadi (1969), Mata Pisau dan Aquarium (1974). Sapardi juga menulis buku ilmiah, satu di antaranya Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. (1978).

Para pengamat menilai sajak-sajak Sapardi dekat dengan Tuhan dan kematian. “Pada Sapardi, maut atau kematian dipandang sebagai bagian dari kehidupan; bersama kehidupan itu pulalah maut tumbuh,” tulis Jakob Sumardjo dalam harian Pikiran Rakyat, 19 Juli 1984. Sebuah karya besar yang pernah ia buat adalah kumpulan sajak yang berjudul Perahu Kertas dan memperoleh penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta dan kumpulan sajak Sihir Hujan – yang ditulisnya ketika ia sedang sakit – memperoleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia. Kabarnya, hadiah sastra berupa uang sejumlah Rp 6,3 juta saat memperoleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia langsung dibelanjakannya memborong buku. Selain itu ia pernah memperoleh penghargaan SEA Write pada 1986 di Bangkok, Thailand.

Bekas anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini juga menulis esei dan kritik. Sapardi, yang pernah menjadi redaktur Basis dan kini bekerja di redaksi Horison, berpendapat, di dalam karya sastra ada dua segi: tematik dan stilistik (gaya penulisan). Secara gaya, katanya, sudah ada pembaruan di Indonesia. Tetapi di dalam tema, belum banyak. Selain melahirkan puisi-puisi, Sapardi juga aktif menulis esai, kritik sastra, artikel serta menerjemahkan berbagai karya sastra asing. Dengan terjemahannya itu, Sapardi mempunyai kontribusi penting terhadap pengembangan sastra di Tanah Air. Selain dia menjembatani karya asing kepada pembaca sastra, ia patut dihargai sebagai orang yang melahirkan bentuk sastra baru. Sumbangsih Sapardi juga cukup besar kepada budaya dan sastra, dengan melakukan penelitian, menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan aktif sebagai administrator dan pengajar, serta menjadi dekan Fakultas Sastra UI periode 1995-1999. Dia menjadi penggagas pengajaran mata kuliah Ilmu Budaya Dasar di fakultas sastra.

Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.


Sinopsis

Sarwono seorang dosen di FISIP UI menjalin cinta dengan Pinkan, mantan mahasiswanya. Apa yang dilakukannya ini didukung oleh kedua orang tuanya dan orangtua Pingkan, bahkan oleh Toar, kakak Pingkan. Namun cinta mereka terhalang oleh keluarga besar Pingkan yang tidak menyutujui hubungan tersebut dan menginginkan Pingkan menikah dengan orang Minahasa seperti mereka.

Belum lagi Pingkan yang harus melanjutkan sekolahnya di Jepang karena beasiswa yang ia dapatkan menambah keadaannya semakin rumit. Suatu ketika mereka merencanakan sebuah pernikahan sebelum Pingkan pergi ke Jepang, namun sayang rencana itu harus terhambat karena Sarwono terkena paru-paru basah akibat kebiasaannya merokok.


Kelemahan dan Kelebihan

Kelemahan

Gaya bahasa yang digunakan penulis kurang bisa dipahami secara langsung. Ditambah lagi akhir cerita yang masih menggantung. Karena dalam novel tersebut tidak ada kejelasan bagaimana rencana pernikahan Sarwono dan Pingkan atau paling tidak akhir dari hubungan mereka dan keluarga besar Pingkan.

Kelebihan

Menambah pengetahuan pembaca mengenai kebudayaan Minahasa dan Solo melalui tokoh Pingkan dan Sarwono. Ditambah lagi sedikit informasi mengenai kehidupan dan hiruk pikuk yang terjadi diseputaran sebuah universitas.

 


Penulis Naskah dan Cerita : WALTFIN

Copyright © 2023 Muhammad Alfin Dwi Rizki Juniar. All Rights Reserved

Post a Comment

0 Comments