Resensi Novel Edensor Karya Andrea Hirata



RESENSI NOVEL EDENSOR

Karya Andrea Hirata


Judul resensi               : Segala sesuatu berawal dari mimpi

Identitas novel           

  1.   Judul novel             : Edensor
  2.   Pengarang              : Andrea Hirata 
  3.  Penerbit                 : PT. Sastra Bentang Pustaka 
  4.  Tahun penerbit        : 2007 
  5.  Dimensi buku          : 20,5 cm x 14 cm 
  6.  Ketebalan buku      : XII + 306 halaman 
  7.  ISBN                     : 978-979-1227-02-5 
  8.  Harga buku            : Rp. 44.500,-
  9.  Penyunting              : imam Risdiyanto 
  10.  Cetakan ke             : 1. Tahun 2007 
  11.  Kepengarangan       :-

Sinopsis
Tawaran beasiswa dari Uni Eropa telah menjadi sebuah jembatan keberuntungan (magical bridge) yang menghantar mereka pada penjelajahan panjang di tanah-tanah mimpi, menjadi sebuah kunci yang telah membuka kotak pandora yang berisi mimpi-mimpi masa kecil mereka.

Sebuah kerinduan untuk berbuat sesuatu bagi tanah kelahiran, memberikan kebanggaan bagi orangtua dan menyelesaikan mimpi-mimpi para sehabat yang telah terenggut oleh keterbatasan dan jerat kemelaratan.         

Universitas Sorbonne Perancis, telah menghantar mereka pada pertemuan dan persahabatan dengan mahasiwa dari berbagai belahan dunia dengan beragam latar belakang.

Kehidupan bangsa eropa yang terkenal intelektual, dinamis dan efisien telah menunjukkan pada berbagai realita betapa rendahnya kualitas serta sistem pendidikan bangsa Indonesia.

Hanya semangat dan tekad yang kuat yang mampu menghantar mereka pada sebuah keberanian untuk menjadi bagian dari sistem pendidikan yang modern. Kesenjangan tingkat pemahaman dan pengetahuan mengharuskan dua sobat karib ini berjuang untuk menyelesaikan pendidikan mereka.

Keindahan benua eropa dan gemerlapnya dunia malam kota Paris memberikan daya tarik bagi siapapun yang melihatnya. Namun, tradisi dan etika back packer Kanada sangat menarik perhatian ikal bahkan lebih menarik dibadingkan Katya. 

Mahasiswi jerman yang telah menolak cinta banyak pemuda dan memilih ikal menjadi kekasihnya. Meskipun pada akhirnya perbedaan makna tentang mencintai telah membawa mereka kembali pada jalinan pertemanan. 

Kerinduan ikal pada A Ling, perempuan masa kecil yang sangat dicintainya telah menguakkan kembali ingatannya tentang Edensor. Sebuah desa khayalan pada sebuah novel pemberian A Ling, karya Herriot yang berjudul Seandainya Mereka Bisa Bicara.

A Ling menandai cerita tentang keindahan Desa Edensor dalam novel itu, kubaca bagian itu berulang-ulang. Desa khayalan itu seakan membuka jalan rahasia dalam kepalaku, jalan menuju penaklukan-penaklukan terbesar dalam hidupku, untuk menemukan A Ling, untuk menemukan diriku sendiri. (Edensor, hal 162)
             
Hamparan dataran hijau, bunga daffodil dan semerbak aroma rerumputan telah membawa ikal bekelana ke setiap sudut desa. Desa khayalan yang telah membuka jalan rahasia dalam kepala ikal, jalan menuju penaklukan-penaklukan terbesar untuk menemukan A Ling, untuk menemukan cinta dan diri sejatinya. 

ikal dan Arai berencana untuk melakukan perjalanan keliling benua Eropa mengikuti tradisi para pengelanan back packer Kanada. 

Rencana perjalanan panjang ini mendapat respon yang serius dari para sahabat, yang akhirnya dijadikan sebagai ajang pertaruhan untuk mengukur keberanian untuk menahklukkan tantangan. 

Penjelajahan panjang menjelajahi benua eropa dengan bermodal semangat dan keberanian. Perjalanan dimulai dari kota Paris Perancis melintasi benua Eropa dan berakhir di Spanyol. 

Pencarian ikal akan cinta masa kecil telah membawa mereka melintasi rute perjalanan yang panjang melintasi benua Eropa hingga Tunisia, Zaire dan Casablanca di benua Afrika. 

Rasa lapar, kelelahan serta ancaman kematian karena kedinginan tidak menyurutkan semangat dan keberanian ikal untuk mencari keberadaan tentang A Ling yang kini menjadi semakin terang.

Kota demi kota menghadirkan beragam realita yang semakin memperjelas makna pencarian ikal. Sekuat apapun upaya untuk menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya tersebut masih belum berhasil sesungguhnya kita sedang dihadapkan pada berbagai realita tentang diri kita. 

Pencarian cinta pada sosok perempuan bernama A Ling telah memberikan pembelajaran tentang makna cinta sejatinya, yaitu diri sendiri. Keberanian untuk bermimpi telah menghantar kita pada satu realita yang mengajarkan kita arti kebahagiaan yang sesungguhnya.


v  Unsur intrinsik

  •   Alur    

Alur yang lebih sering digunakan adalah alur maju. Sebagian menggunakan Alur Flashback, di mana tokoh mengingat masa lalunya, yaitu pada Mozaik (Bab) 2, 9, 26, 42, dan 44.

  •  Latar tempat

Waktu terjadinya cerita adalah pada pagi hari,  siang hari, dan malam hari. Tempat – tempat terjadinya cerita adalah :
1.               Laut (Pada Mozaik 1)
2.              Rumah ( Pada Mozaik 2 – 8 )
3.              Bandara ( Pada Mozaik 9-10 )
4.             Tempat Kost ( Pada mozaik 11 )
5.               Kantor Uni Eropa ( Pada Mozaik 12 )
6.              Prancis ( Pada Mozaik 13-28, 42-43)
7.               Daerah – daerah di Eropa (Pada Mozaik 29-37)
8.              Austria (Pada Mozaik 38 )
9.              Venesia (Pada Mozaik 39)
10.          Milan (Pada Mozaik 40 )
11.          Afrika (Pada Mozaik 41)
12.           London (Pada Mozaik 44)

  •  Amanat

Amanat yang dapat dipetik dari kisah novel tersebut adalah suatu keyakinan dan kemauan dapat menuntun kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang pernah tersirat di benak kita, dan kekuatan cinta dapat mengubah hidup kita menjadi lebih indah. 

Seperti kisah Ikal, anak yang awalnya nakal dan brutal dapat berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Kekuatan cintanya dapat menuntunnya dalam menaklukkan daerah-daerah di benua Eropa dan Afrika.

  • Sudut Pandang

                    Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang                                pertama (penggunaan kata                             ‘aku’ dan ‘kami’) dan                     sudut pandang orang ketiga tunggal dan jamak (penggunaan kata                         ‘dia’ dan ‘meraka’ atau penyebutan nama secara langsung) 

  •  Penokohan

Tokoh-tokoh dalam Novel Edensor adalah  :
1.           Ikal (Andrea)                      : Pekerja keras, pantang menyerah
2.           Arai                                     : Pekerja keras, baik hati, pantang menyerah
3.          Weh                                      : Pekerja keras
4.          Ayah                                    : Bijaksana dan baik hati
5.           Ibu                                       : Memiliki pendirian yang tetap
6.          Taikong Hamim                  : Pemarah dan tidak penyabar
7.           A Ling (Njoo Xian Ling)   : Baik hati
8.           Famke Somers                    : Penolong, baik hati
9.           Stansfield                            : Primordial
10.      Townsend                            : Pintar dan provokatif
11.       Katya                                   : Tenang dan baik hati
12.       MVRC Manooj                  : Ceria
13.       Gonzales                              : Ceria
14.       Hopkins Turnbull              : Tegas


v  Unsur Ekstrinsik

  • Sosial 

Kehidupan sosial yang berlangsung dengan baik, di mana antar tokoh dapat menjalin hubungan pertemanan yang baik dan saling membantu. Namun masih banyak kehidupan yang berkelompok, sesuai dengan bangsanya sendiri.

  • Budaya

Pengaruh budaya dalam novel tersebut besar, di mana banyak tokoh yang membawa budayanya dan masih diterapkannya di perantauan. Namun, mereka juga dapat masuk ke dalam budaya-budaya orang lain dan beradaptasi, agar hubungan pertemanan trjalin dengan baik.

  • Religi

Dalam Novel tersebut, nilai religi sangat diperhitungkan. Contohnya, tokoh utama Arai dan Ikal, membawa agama hingga dalam perjalanan menaklukkan Eropa dan Afrika. Di mana mereka berjumpa dengan tokoh agama dan saudara seiman. Tokoh juga masih melaksanakan ibadat sesuai agama dengan rutin, di mana pun mereka berada.

  • Politik

Politik dalam Novel tidak terlalu berpengaruh, karena dari awal hingga akhir novel bercerita mengenai kehidupan beragama, budaya, dan sosial dengan sesama yang berbeda latar belakang dan asalnya.

Kelebihan dari novel Edensor :

Mengandung makna mendalam dari setiap kisah hidup, jauh dari sifat menggurui, kadang kala ngawur dengan sebagian tokoh yang lucu. Novel juga lebih berkesan mendidik

Kelemahan dari novel Edensor :

Judul Edensor kurang sesuai dengan cerita, karena maksud ‘Edensor’ terdapat di akhir cerita. Dan sangat sedikit bayangan Edensor dalam novel karena dari penulis lebih banyak menuliskan perjalanannya menaklukkan daerah-daerah daripada penjelasan maupun cerita panjang mengenai Edensor

Tanggapan :

    Menurut saya, novel ini layak dimasyarakatkan, karena setiap mozaik yang terdapat dalam novel mengandung makna mendalam. Novel ini sangat cocok untuk mengisi waktu luang dan sebagai referensi ilmiah. Setiap paragraf berkembang menjadi susunan mozaik, dan setiap mozaik berkaitan satu sama lain membentuk satu buku yang bagus. Ceritanya menggugah perasaan dan mengajari kita agar senantiasa tidak menyerah, menembus semua tantangan yang ada, hingga tercapai tujuan kita.




Penulis Naskah dan Cerita : WALTFIN
Copyright © 2023 Muhammad Alfin Dwi Rizki Juniar. All Rights Reserved

Post a Comment

0 Comments